Pemerintah Mesir sedang berjuang mencukupi peningkatan kebutuhan bahan bakar dan energi dalam negerinya yang berasal dari BBM dengan cadangan sekitar 4,4 miliar barrel, akan tetapi produksinya terus menurun sepanjang tahun dari semula 935ribu barrel/hari (th 1996). Oleh karena itu, Mesir harus memanfaatkan gas alam (cadangan sekitar 78 triliun kaki kubik) sebaik-baiknya.
Saat ini 95% kebutuhan energi Mesir dipenuhi oleh BBM dan gas alam. Tahun 2006. BBM hampir habis terpakai, sedangkan gas alam terpakai sekitar 60%. Permintaan listrik Mesir tumbuh dengan cepat yang diperkirakan sekitar 1500-2000MW per tahun, sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang cepat. Pemadaman listrik bergilir telah terjadi beberapa tahun belakangan ini, sehingga opsi sumber energi alternatif menjadi sangat mendesak.
Konsep EBT bukan hal baru di Mesir. Tahun 1986, NREA (Otoritas EBT Mesir) telah dibentuk sebagai upaya pengembangan ET (Energi Terbarukan) skala komersial. Sejak itu sejumlah organisasi pemerintah telah dibentuk untuk mempromosikan pertumbuhan industri ET. Sumber kebijakan utama adalah MOEE (Kementerian Listrik dan Energi) yang memonopoli distribusi, transmissi, dan pembangkit listrik bersama dengan SCE (Dewan Tertinggi Energi) yang melapor langsung ke Presiden. EFUCPA (Badan Proteksi Konsumen dan Utilitas Listrik Mesir) adalah Pengawas industri dan bertanggungjawab terhadap lisensi dan pemantauan.
Sebenarnya pengembangan industri ET dirporitaskan oleh Pemerintah Mesir akhir-akhir ini, tetapi kejadian tahun 2011 dan ketidakpastian politik berikutnya telah memperlambat kemajuan sektor ET. Strategi Energi Mesir saat itu (diadopsi dari resolusi SCE th 2008) bertujuan meningkatkan sumbangan ET 20% ke dalam bauran energi Mesir th 2020 dan proyek yang berasal dari PLTBayu sekitar 12% atau 7.200MW. Akan tetapi, perlambatan sektor EBT menyebabkan Mesir harus menyegarkan kembali program EBTnya, yaitu pada tahun 2022 proyek ET akan berupaPLTB 2GW, PLTS 2GW, dan PLTA 300MW.
Saat ini 95% kebutuhan energi Mesir dipenuhi oleh BBM dan gas alam. Tahun 2006. BBM hampir habis terpakai, sedangkan gas alam terpakai sekitar 60%. Permintaan listrik Mesir tumbuh dengan cepat yang diperkirakan sekitar 1500-2000MW per tahun, sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang cepat. Pemadaman listrik bergilir telah terjadi beberapa tahun belakangan ini, sehingga opsi sumber energi alternatif menjadi sangat mendesak.
Konsep EBT bukan hal baru di Mesir. Tahun 1986, NREA (Otoritas EBT Mesir) telah dibentuk sebagai upaya pengembangan ET (Energi Terbarukan) skala komersial. Sejak itu sejumlah organisasi pemerintah telah dibentuk untuk mempromosikan pertumbuhan industri ET. Sumber kebijakan utama adalah MOEE (Kementerian Listrik dan Energi) yang memonopoli distribusi, transmissi, dan pembangkit listrik bersama dengan SCE (Dewan Tertinggi Energi) yang melapor langsung ke Presiden. EFUCPA (Badan Proteksi Konsumen dan Utilitas Listrik Mesir) adalah Pengawas industri dan bertanggungjawab terhadap lisensi dan pemantauan.
Sebenarnya pengembangan industri ET dirporitaskan oleh Pemerintah Mesir akhir-akhir ini, tetapi kejadian tahun 2011 dan ketidakpastian politik berikutnya telah memperlambat kemajuan sektor ET. Strategi Energi Mesir saat itu (diadopsi dari resolusi SCE th 2008) bertujuan meningkatkan sumbangan ET 20% ke dalam bauran energi Mesir th 2020 dan proyek yang berasal dari PLTBayu sekitar 12% atau 7.200MW. Akan tetapi, perlambatan sektor EBT menyebabkan Mesir harus menyegarkan kembali program EBTnya, yaitu pada tahun 2022 proyek ET akan berupaPLTB 2GW, PLTS 2GW, dan PLTA 300MW.
AIR (PLTA)
PLTA berperan penting di Mesir selama beberapa dekade. Bendungan Aswan menghasilkan 15.300GWh/tahun, menyumbang sekitar 5-10% kebutuhan Energi tahunan Mesir. Sekitar 85% potensi PLTA telah dikembangkan, sehingga PLTA tidak dianggap sebagai sektor pertumbuhan utama, dan Pemerintah fokus langsung ke sektor PLTB dan PLTS.
SURYA (PLTS)
Topografi dan iklim Mesir memiliki radiasi surya sekitar 2.000-3.200 kWh/m2/tahun yang berpotensi signifikan untuk menjadi PLTS. Akan tetapi, proyek PLTS masih lambat karena masih tingginya biaya kapital.
PLTA berperan penting di Mesir selama beberapa dekade. Bendungan Aswan menghasilkan 15.300GWh/tahun, menyumbang sekitar 5-10% kebutuhan Energi tahunan Mesir. Sekitar 85% potensi PLTA telah dikembangkan, sehingga PLTA tidak dianggap sebagai sektor pertumbuhan utama, dan Pemerintah fokus langsung ke sektor PLTB dan PLTS.
SURYA (PLTS)
Topografi dan iklim Mesir memiliki radiasi surya sekitar 2.000-3.200 kWh/m2/tahun yang berpotensi signifikan untuk menjadi PLTS. Akan tetapi, proyek PLTS masih lambat karena masih tingginya biaya kapital.
- Lebih dari 2GW ditenderkan di Timur Tengah dengan investasi ~US$3,5miliar (2015).
- PLTS 50MW dibangun oleh El Sewedy di Mesir Atas dekat Dam Aswan, 800km Selatan Kairo, dengan investasi ~75juta,dijual 14,34sen$/kWh.
- Pada tahun 2010, proyek Pembangkit Listrik Kuraymat dikomisioning yang berupa 140 MW PLT Solar Thermal Combined Cycle yang darinya ada PLTS 20MW.
- PLTS 100 MW jenis photovoltaic dibangun di Kom Ombo, dekat PLTA Aswan di Selatan Mesir. Proyek tersebut menelan biaya sekitar US$700 juta dan dibiayai oleh Bank Dunia dan Dana Pembangunan Afrika.
ANGIN/BAYU (PLTB)
Sembilan puluh persen (90%) tanah Mesir itu kosong dan cocok sekali untuk ternak bayu, yang merupakan pilihan terbaik energi terbarukan di Mesir, dan dengan pemberian insentif menarik, perusahaan terdorong masuk ke pasar karena mereka akan mendapat laba tambahan dari jasa konstruksi.
Tenaga Bayu bukan hal baru di Mesir, PLTB sudah dibangun di Zafarana dan di Hurghada di teluk Suez, pesisir Laut Merah. Kedua lokasi itu diketahui sebagai kawasan hembusan bayu tercepat di Timur Tengah dengan laju bayu rerata 9 m/detik. Proyek yang dimiliki dan dioperasikan oleh NREA terdiri atas serial ladang bayu yang dikonstruksi sejak tahun 2001. Pada tahun 2010, kapasitas terpasang PLTB Zafarana mencapai 550MW, sehingga menjadi PLTB darat terbesar di dunia. Mesir memiliki beberapa sumber PLTB terbaik dunia seperti di kawasan teluk Suez, sepanjang sisi Timur dan Barat tepi sungai Nil.
Sembilan puluh persen (90%) tanah Mesir itu kosong dan cocok sekali untuk ternak bayu, yang merupakan pilihan terbaik energi terbarukan di Mesir, dan dengan pemberian insentif menarik, perusahaan terdorong masuk ke pasar karena mereka akan mendapat laba tambahan dari jasa konstruksi.
Tenaga Bayu bukan hal baru di Mesir, PLTB sudah dibangun di Zafarana dan di Hurghada di teluk Suez, pesisir Laut Merah. Kedua lokasi itu diketahui sebagai kawasan hembusan bayu tercepat di Timur Tengah dengan laju bayu rerata 9 m/detik. Proyek yang dimiliki dan dioperasikan oleh NREA terdiri atas serial ladang bayu yang dikonstruksi sejak tahun 2001. Pada tahun 2010, kapasitas terpasang PLTB Zafarana mencapai 550MW, sehingga menjadi PLTB darat terbesar di dunia. Mesir memiliki beberapa sumber PLTB terbaik dunia seperti di kawasan teluk Suez, sepanjang sisi Timur dan Barat tepi sungai Nil.
- GE (US) (Jan 2016) sedang membangun PLTB 150MW di West Nile dan Teluk Suez (4,06 sen USD/kWh).
- Tujuh ratus (700) km2 telah disisihkan untuk proyek PLTB baru di kawasan Gebel el-Zayt dengan laju bayu 11 meter/detik. PLTB 200MW di kawasan Al-Zayt beroperasi kuartal pertama th 2014 yang nantinya diharapkan mencapai 1000 MW.
- Mesir (NREA) menandatangani kontrak kerjasama dengan Perusahaan Abu Dhabi (Masdar) (18/02/2010) untuk membangun PLTB 200 MW di sebelah Timur Teluk Suez. Sebelumnya, Masdar telah terlibat di proyek bayu lainnya, seperti di London Array Offshore dan di Seychelles.
- Siemens, konglomerat terbesar di bidang engineering Eropa juga akan terlibat di Mesir dengan membangun 3 turbin bayu pada (2012) dengan daya sekitar 250 MW.
Ditulis oleh: Fathurrachman
0 komentar:
Posting Komentar