PLTN BUKAN PILIHAN BIJAK, NUKLIR HANYA UNTUK PENGOBATAN

Dulu, saya orang yang sangat mengagumi teknologi NUKLIR dan gregetan melihat Pemerintah tidak segera membangun PLTN untuk mengatasi krisis energi. Berdasarkan pengetahuan saya waktu itu, nuklir lebih murah, Indonesia mampu menguasai teknologinya. Banyak SDM nuklir tanah air yang berkiprah, bahkan memiliki nama harum di dunia internasional.

Hal inilah yang membuat saya berpandangan sinis terhadap orang yang berseberangan. Orang-orang yang menghalangi pembangunan PLTN adalah orang-orang yang tidak mau Indonesia menjadi bangsa yang maju, atau istilahnya orang-orang yang menghambat. Pandangan ini berubah setelah saya bertemu dengan Guru Besar UI. Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.Sc, Ph.D.Ternyata, membangun PLTN di Indonesia bukan pilihan yang bijak.

"Negara-negara maju di dunia berusaha meninggalkan nuklir sebagai pasokan energi (PLTN), tapi mengapa ada beberapa orang ingin mendorong Indonesia membangun PLTN."

Ada tiga hal penting yang diucapkan Profesor Rinaldy, Pertama, Indonesia memiliki SDA yang banyak dan beragam. Kedua, Visi Global yang menyatakan tahun 2050 dunia internasional sudah mampu menyiapkan teknologi dan memproduksi 100% kebutuhan energi dunia dengan Energi Terbarukan (ET). Bahkan, Eropa yang dimotori Jerman menyatakan tahun 2040 sudah siap 100% ET untuk semua kebutuhan energi. Ketiga, pembangunan PLTN membutuhkan waktu sekitar 10-20 tahun. Jika Indonesia membangun PLTN pada tahun 2019, maka operasional PLTN akan dilakukan pada 2040-an. Pada saat PLTN beroperasi, dunia sudah meninggalkan nuklir sebagai pemasok energi. Saat ini saja, Jerman telah berkomitmen meninggalkan nuklir sebagai pembangkit listrik. Sehingga, akan sia-sia saja langkah Indonesia.

Faktor yang menjadi perhatian utama lainnya adalah energi nuklir sangat berbahaya. Tidak ada satupun pakar dan produsen nuklir di dunia yang mau menjamin potensi bencana nuklir bisa ditekan pada angka 0%. Mereka hanya mengatakan bahwa teknologi dan kedisiplinan yang tinggi bisa mencegah bencana nuklir. Tiga kecelakaan nuklir besar dunia, yaitu Chernobyl, Three Mile Island, dan Fukushima Daiichi membuktikan faktor bencana dan human error adalah tantangan terberat. Keselamatan rakyat Indonesia harusnya menjadi prioritas utama. Ini tidak boleh dikorbankan hanya untuk berbangga-bangga atau menakut-nakuti negara-negara tetangga.

Inilah alasan utama pembuatan blog ini, menghindari Indonesia agar tidak mengambil langkah yang nantinya disesali. Indonesia sudah sepantasnya fokus pada pengembangan ET, mulai dari energi matahari, angin, air, panas bumi, dan Bahan Bakar Nabati (BBN) yang sangat berlimpah di Indonesia. Potensi energi fosil seperti minyak, gas, dan batubara yang dimiliki dijadikan modal awal Indonesia sebagai energi yang mengantar menuju 100% ET di 2050.

oleh : ahmad senoadi

SHARE

akostader

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar