Tex Saverio, 28, punya hobi menggambar sejak duduk di bangku taman kanak-kanak. Dia lalu menyadari minatnya di dunia fesyen saat sekolah menengah pertama. Tex ingat dia selalu menggambar di kelas, di tengah-tengah jam pelajaran, sampai-sampai ketahuan guru. Namun itu tidak lantas jadi masalah karena nilai rapor Tex selalu baik.
Di kutip dari MetroTV Tex mengaku tidak tahu alasan pastinya dia tertarik pada fesyen. Pun ia tidak pernah mencoba mencari alasan untuk menyukai atau tertarik dengan dunia fashion. Ketertarikan itu, kata Tex, datang apa adanya.
Dukungan keluarga pada minat itu pun nyata bentuknya. Orangtua Tex, dia mengisahkan, 'merelakan' dirinya meninggalkan sekolah formal, padahal kala itu dia bersekolah di salah satu yang terbaik di Jakarta.
"Ini merupakan anugerah besar buat saya dan membuat saya semakin gigih dan keras berusaha. Bisa menjadi cambuk yang efektif buat saya ketika menghadapi saat-saat sulit. Karena saya merasa ada begitu banyak dukungan dan doa untuk saya, saya tidak boleh menyerah, tepatnya 'tidak bisa' menyerah," ungkap Tex.
Keputusan keluar dari sekolah formal itu bahkan tidak menyulut konflik sama sekali. Menurut Tex, kedua orangtuanya menyetujui keputusan itu seutuhnya. "Saya tetap harus meyakinkan mereka bahwa jalan yang pilih ini adalah tanggung jawab saya dan saya siap menanggung semuanya. Saya rasa ini yang terpenting untuk meyakinkan orangtua saya saat itu, karena saya sendiri sudah sangat yakin akan jalan yang saya pilih ini," ungkap anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Dengan restu orangtua di tangan, Tex melanjutkan pendidikan fesyen di Bunka dan Phalie Studio, Jakarta. Dia sempat berencana untuk melanjutkan pendidikan fesyen di luar negeri. Nyatanya, setelah menuntaskan pendidikan fesyen di Jakarta, jadwal pekerjaannya sudah berderet. "Jadi bisa dibilang saya ini 100% produk lokal. Dan saya bangga akan hal ini," ujarnya.
Jalan karier Tex pun tidak lantas mulus-mulus saja. "Terutama saat-saat menjelang show, waktu semakin mepet, jadwal klien terus harus jalan, expectation is getting higher," kata dia. Semua itu dianggapnya wajar karena buat Tex, yang paling penting bukanlah masalah, melainkan, "Bagaimana reaksi kita terhadap masalah."
Dukungan keluarga pula yang membuat Tex selalu meluangkan waktu khusus untuk keluarga setiap Hari Minggu, setelah sepanjang pekan bekerja. "Setiap hari hampir tidak pernah bertemu karena saya selalu berangkat jam 8 pagi dan pulang di atas jam 10 (malam)", kata Tex.
Keluarga, buat dia, ialah semangat. Tanpa keluarga, Tex menambahkan, sulit bagi seseorang untuk bertahan dan terus maju saat menghadapi masalah. "Dan pada akhirnya kita semua berusaha keras karena ada keluarga, ada orang-orang yang ingin kita jaga dan bahagiakan," tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar